BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai
tahun 1998 kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan
kematian wanita di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal,
payudara, dan pankreas. Insidensinya pada wanita dibawah 50 tahun m5,3 per
100.000 dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000 pada wanita di atas 50 tahun. (Hidayat, 2009)
Di Indonesia kanker
ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah
karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. (Hidayat, 2009)
Pada umumnya kanker
ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar keorgan
sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit
yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silen killer). Kanker ovarium
umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar kerongga peritoneum,
pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali
tidak menolong. Penderita akan meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus
halus akibat tumor intraperitoneal. (Hidayat, 2009)
Penulis tertarik
mengambil kasus kanker ovarium sebagai bahan seminar dengan judul “Manajemen
Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Nn “M” dengan Ca.Ovarium
Stadium 1-a di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Dengan alasan jika
kelak penulis menjadi tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan dan penanganan
secara umum terhadap pasien kanker ovarium di masyarakat. Sebagai tenaga
kesehatan, penulis dapat menentukan langkah yang tepat untuk menangani pasien
dengan kasus tersebut, dengan sistem rujukan sebagai langkah kolaborasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan Ca.Ovarium
di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar.
C.
TUJUAN
PENULISAN
Sejalan dengan rumusan
masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan asuhan kebidanan pada klien dengan Ca.Ovarium
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI OVARIUM
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi
wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan
vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan
panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil
setelah menopause. (Andesa, Hesa, 2010)
Ovarium memiliki dua fungsi yaitu:
1.
Menyimpan ovum (telur) yang
dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi
dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan
(fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang
menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan
dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
2.
Memproduksi hormon estrogen dan
progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara,
gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi
(Andesa, Hesa, 2010)
B. KANKER
OVARIUM
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun
ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam
ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker
payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)
Menurut data statistik American Cancer Society insiden
kanker sovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003
akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300,
dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. (Andesa, Hesa, 2010)
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak
terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas
(stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun
hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan
dapat mencapai 90% dan 70%. (Andesa, Hesa, 2010)
C. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui
secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant
ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor. (Andesa, Hesa, 2010)
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
1.
Diet tinggi lemak
2.
Merokok dan alcohol
3.
Infertilitas
4.
Riwayat Ca mammae, kolon, dan
endometrium
5.
Nullipara
(Andesa, Hesa, 2010)
Faktor resiko kanker ovarium:
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan,
beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah
sebagai berikut:
1.
Riwayat keluarga kanker ovarium dan
kanker payudara
2.
Riwayat keluarga kanker kolon dan
kanker endometrial
3.
Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
4.
Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
5.
Wanita yang memiliki anak > 35
tahun
6.
Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
7.
Sindroma herediter kanker kolorektal
nonpolipoid
8.
Ras kaucasia > Afrika-Amerika
9.
Dll
(Andesa, Hesa, 2010)
D. JENIS
KANKER OVARIUM
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah
tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas)
merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian
terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara
mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor
bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat
Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous,
mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, Hesa,
2010)
2. Tumor germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada
prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita usia muda dengan median umur 16-20
tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat, kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan
rasa nyeri. Kurang lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat
perdarahan intrakapsuler, torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan
pada penderita dengan yolk sac tumor atau mixed germ cell tumors dan sering
kali dikelirukan dengan appendisitis akut atau kedaruratan abdomen lainnya dan
diagnosis ditegakkan pada saat operasi. (Wijaya, adi, 2010)
a) Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel
germinal ovarium yang tersering dan meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma
biasanya didapatkan kadar AFP normal, dan kadang-kadang didapatkan peningkatan
kadar hCG. Secara makroskopik biasanya bilateral pada 10-15% kasus, dan secara
mikroskopis dapat disertai penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus.
Disgerminoma lebih sering menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor
ganas sel germinal lainnya. Penderita disgerminoma biasanya menunjukan gejala
amenore primer, virilisasi, atau perkembangan organ genitalia yang abnormal dan
pada beberapa kasus dapat ditemukan adanya kromosan Y. (Wijaya, adi, 2010)
Dikatakan lebih dari 50% dari tumor ini tidak
menunjukkan gejala yang jelas, gejala dapat berupa adanya massa pada daerah
abdomen atau pelvis dengan pembesaran perut dan nyeri. Gejala timbul secara
cepat 1 bulan sampai dengan 2 tahun dan setengah dari penderita kurang dari 4
bulan. Bila bersamaan dengan kehamilan, tumor ditemukan secara tidak sengaja
dan dapat menganggu jalannya persalinan. Gangguan haid jarang didapatkan pada
wanita muda. Kurang lebih 10% asimtomatik, anak dapat menunjukan pubertas
prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari wanita yang tidak hamil menunjukan tes
kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel
sinsitiotrofoblast didalam tumor. (Wijaya, adi, 2010)
Durante operasi 75% ditemukan pada stadium I,
86% merupakan stadium IA dan 14% staidum IB. Pada umumnya tumor unilateral
(80-90%). Secara makroskopis disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi
padat, berlobus-lobus, permukaan rata/ halus. Pada pembelaan tumor berwarna
merah jambu dengan fokus-fokus perdarahan dan nekrosis. Adanya bercak
perdarahan yang luas meningkatkan kemungkinan suatu fokus tumor sinus
endodermal atau koriokarsinoma. Hal yang sama adanya fokus kistik kemungkinan
adanya komponen teratoma walaupun sangat jarang. Adanya fokus kalsifikasi di
perifer menunjukan adanya gonadoblastoma. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis disgerminoma menyerupai
seminoma testis. Tumor terdiri dari sel vesikuler besar dengan sitoplasma
jernih mirip dengan sel primordial. Sel berbentuk bulat atau poligonal, dengan
satu atau lebih nukleoli besar. Pada pewarnaan sitoplasma yang jernih atau
sedikit granuler yang mengandung glikogen memberikan reaksi positif dengan
pewarnaan asam periodik schiff dan alkali fosfatase. Stroma biasanya
diinfiltrasi dengan sel-sel limposit dan sering berisi granula seperti sarkoid.
Walaupun jarang dapat ditemukan sel raksasa (Cytotrophoblastic giant cell).
Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi imunoperoksidase. (Wijaya, adi,
2010)
b) Yolk
sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas
kedua setelah disgerminoma pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari seluruh
keganasan ovarium. Tumor terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi
beberapa kasus dilaporkan pada usia > 45 tahun. Usia median 19 tahun.
(Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta
progresif dan separuh dari penderita mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga
perempat penderita mengeluh nyeri perut dan hampir semuanya mengeluh adanya
pembesaran perut atau adanya tumor pada daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran
dan perdarahan dari tumor menimbulkan gejala mirip appendisitis. (Wijaya, adi,
2010)
Pada umumnya penderita tidak terjadi gangguan
hormonal, gangguan haid dan tidak terjadi peningkatan hCG serum, tetapi AFP
meningkat. Kadang-kadang dilaporkan adanya gangguan hormonal hal ini
kemungkinan karena pengambilan darah sediaan yang kurang adekuat sehingga
elemen koriokarsinoma atau karsinoma embrional yang tidak terdeteksi. (Wijaya,
adi, 2010)
Pada saat laparotomi 71% dalam stadium I, 6%
stadium II, 23% stadium III dan sebagian kecil pada stadium IV. Dikatakan 25%
tumor pecah sebelum atau selama operasi. (Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis tumor dengan konsistensi
lunak dengan bagian padat, permukaan rata, berlobus-lobus dengan kista besar
atau kecil. Pada pembelahan tumor seperti sarang tawon. 14% dari tumor ini
disertai dengan teratoma pada ovarium yang sama dan 5% pada ovarium
kontralateral. Adanya nekrosis dan perdarahan kadang didapatkan. (Wijaya, adi,
2010)
Secara mikroskopis tumor merupakan rongga yang
dilapisi oleh sel kuboid, jaringan stroma retikuler yang longgar, mengandung
globul yang positif dengan perwarnaan PAS. Badan Schiller Duval merupakan
struktur yang patognomonis untuk tumor ini, walaupun jarang tetapi dapat
ditemukan. Pada tumor ini sering ditemukan droplet hyaline yang positif
dengan pewarnaan PAS. Dengan teknik imunokemikal droplet hyaline merupakan
AFP dan alfa anti tripsin dan protein jenis lainnya. Tumor sinus endodermal
sering bersamaan dengan keganasan lain, biasanya dengan disgerminoma. (Wijaya,
adi, 2010)
c) Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang
pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional.
Bentuk teratoma yang benigna merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada
wanita golongan yng lebih tua, sedangkan teratoma maligna adalah jarang, dan
hal ini justru berlawanan dengan teratoma testis yang umumnya ganas (maligna).
(sarwono, 2007)
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk
kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas
campuran jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur).
Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa
pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (sarwono,
2007)
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel
germinal ke tiga tersering setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal.
Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan
usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala yang timbul tidak spesifik timbul dalam
jangka waktu pendek tetapi sering terjadi akut. Kurang lebih 80% penderita
terdapat massa dalam abdomen atau pelvis yang dapat diraba, sering terdapat
nyeri. Sebagian kecil penderita menunjukkan haid yang tidak teratur. AFP dan
hCG tidak meningkat. (Wijaya, adi, 2010)
Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar
unilateral dengan diameter 18 cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan
tumor berwarna abu-abu agak kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis.
Adanya rambut dapat ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi
tulang, tulang rawan dan kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama
adalah tumor padat tetapi adanya bagian yang kistik selalu ditemukan. (Wijaya,
adi, 2010)
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi
dari Norris yang dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:
1)
Derajat 0
: Jaringan seluruh tumor
2)
Derajat 1
: Sebagian besar jaringan imatur, terutama
ganglia. Mitosis dapat ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau
terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid
3)
Derajat 2
: Sebagian besar imatur dengan
epitel neural 1-3 per slaid
4)
Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel
neural > 4 per slaid dan sering menyerupai koriokarsinoma.
d) Karsinoma
embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan
diantara tumor sel germinal ovarium, tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog
dengan karsinoma embrional testis. Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia
median 14 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering
dikeluhkan adanya massa pelvis yang disertai rasa nyeri, sering menyerupai
keadaan appendisitis, kehamilan ektopik terganggu, terutama bila hasil tes
kehamilan positif. Selain ini dapat ditemukan adanya amenore atau perdarahan
pervaginam abnormal, serta kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan
virilisasi. (Wijaya, adi, 2010)
Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor
kistik, bulat, berkapsul dan lunak, dapat ditemukan bagian hemoragis dan
nekrosis, dengan ukuran rata-ratanya 17 cm, warna kuning keabuan. (Wijaya, adi,
2010)
Secara mikroskopik, karsinoma embrional terdiri
atas sel-sel primitif yang pleomorfik, berukuran sitoplasma bervakuola dan inti
yang vesikuler disertai dengan 1 atau 2 nukleolus. Semua tumor berisi kelompok
sel-sel sinsitiotropoblas dan sel mononuklear dengan cytoplasmic hyaline
droplets, yang berisi hCG, AFP dan keratin. Kesamaan tumor ini dengan sinus
embrional adalah bahwa keduanya mengahsilkan AFP, dan kesamaan tumor ini dengan
koriokarsinoma adalah bahwa kedua tumor ini memiliki sinsitiotrofoblas dan
menghasilkan hCG. (Wijaya, adi, 2010)
e) Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai
koriokarsinoma murni (tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu
tumor sel germinal campuran. Penentuan ini penting artinya , karena bila murni
lebih mungkin tumor ini berasal dari hasil konsepsi dari pada nosgestasional.
Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan suatu metastasis dari uterus atau
tuba. Hal ini penting artinya, karena koriokarsinoma nongestasional kurang
sensitif terhadap kemoterapi dibandingkan dengan koriokarsinoma gestasional. (Wijaya,
adi, 2010)
Gejala klinis pada kelainan ini, sering dengan
keluhan pembesaran perut dan nyeri, serta dapat disertai dengan pubertas
prekok. Tumor ini sering terjadi pada penderita berkisar 7 bulan sampai 35
tahun, dengan usia rata-rata 13 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Pada penampakan makroskopik, tumor khas
berukuran besar , unilateral, konsistensi padat dengan warna putih keabuan,
hemoragis, dan mungkin pula ditemukan bagian yang mengalami nekrosis.
Karakteristik lain tergantung dari proporsi elemen tumor sel germinal yang ada.
(Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis koriokarsinoma sering
terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofobla dan sinsitiotrofoblas serta mungkin pula
ditemukan sel intermediet. Sitotrofoblas berbentuk sel poligonal dengan ukuran
sedang, bulat, atau oval dengan sitoplasma jernih dan batas tegas, dan beberapa
diantaranya dengan inti yang hiperkromatik. Sinsitiotrofoblas berbentuk sel
basofilik bervakuola dengan tepi irreguler, dengan inti hiperkromatik dengan
ukuran dan bentuk yang bervariasi, membentuk pola fleksiformis bifasik. Semua
tipe sel trofoblas ini adalah citokeratin positif.3 Selain itu
koriokarsinoma juga menghasilkan PLAP (placental-like alkaline phosphatase),
EMA (epithelial membrane antigen), dan CEA (chorioembrionc antigen),
yang dapat digunakan sebagai petanda tumor. Adapun beta-hCG yang diproduksi
oleh sinsitiotrofoblas dan hPL yang dihasilkan oleh sel-sel intermediet dapat
diketahui dengan pemeriksaan histokimiawi atau gambaran ultrasutruktur.
(Wijaya, adi, 2010)
f) Poliembrioma
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen
embrional bodies yang berasal dari sel embrio normal. Neoplasma jenis ini
sering mengenai testis. Kebanyakan tumor ini berkaitan dengan tumor sel
germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrioma merupakan neoplasma sel
germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor ini radioresisten dan
respon terhadap kemoterapi belum jelas. (Wijaya, adi, 2010)
g) Mixed
germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri
dari dari 2 atau lebih tipe neoplasma sel germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed
germ cell tumor ovarium lebih sedikit dibandingkan dengan didalam testis,
dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh keganasan ovarium. (Wijaya, adi,
2010)
Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan
lebih dari sepertiganya terjadi sebelum usia pubertas. Kebanyakan pasien
mengeluhkan adanya massa diperut dan lebih dari separuhnya disertai nyeri perut
bagian bawah. Beberapa diantaranya memperlihatkan pseudopubertas prekoks dan
dapat memperlihatkan hasil tes kehamilan yang positif. Tumor ganas mixed
germ cell biasanya berukuran besar, unilateral tetapi penampakannya
tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopik dapat dilihat komponen
neoplasma sel germinal yang bervariasi baik itu disgerminoma, yolk sac tumor,
embryonal carcinoma, koriokarsinoma, dan teratoma imatur. Elemen germ
cell tumor terbanyak adalah disgerminoma (80%), diikuti yolk sac tumor (70%),
teratoma (53%), koriokarsinoma (20%), dan embryonal carcinoma (13%).
Adapun kombinasi yang tersering adalah campuran antara disgerminoma dan yolk
sac tumor. Sinsitiotrofoblas dapat ditemukan pada jenis tumor ini. (Wijaya,
adi, 2010)
Diagnosis dan prognosis dari tumor ganas mixed
germ cell tergantung dari kecukupan contoh massa untuk dapat melihat fokus
tipe tumor sel germinal yang berbeda. Dikatakan bahwa ukuran tumor lebih kecil
memiliki prognosis yang lebih baik, begitu pula bila komponen massa tumor jenis
yolk sac tumor, koriokarsinoma atau teratoma imatur grade 3 tak lebih
dari sepertiga massa tumor. Namun begitu dengan kemoterapi modern yang adekuat
akan memperbaiki prognosis neoplasma ini. (Wijaya, adi, 2010)
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan,
bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk
kanker dengan derajat keganasan yang rendah. (Andesa,
Hesa, 2010)
E. STADIUM
DAN DERAJAT KEGANASAN
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO
(International Federation of Gyneklogi and Obstetric ) :
Stadium I terbatas pada 1 / 2
ovarium
I A Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I B Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I C Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1.
Mengenai permukaan luar ovarium
2.
Kapsul ruptur
3.
Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga
pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1.
Mengenai permukaan ovarium
2.
Kapsul ruptur
3.
Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ
pelvis dan intraperitoneal
III A Makroskopis
: terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis
: mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis
: mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C
|
1.
Meluas mengenai KGB dan /
2.
Makroskopis mengenai
intraperitoneal diameter > 2 cm
|
(Andesa, Hesa, 2010)
Derajat keganasan kanker ovarium:
1.
Derajat 1 : differensiasi baik
2.
Derajat 2 : differensiasi sedang
3.
Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah
pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik. (Andesa, Hesa,
2010)
F. TANDA
DAN GEJALA
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 %
dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri
daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
1.
Pembesaran abdomen akibat penumpukan
cairan dalam rongga abdomen (ascites)
2.
Gangguan sistem gastrointestinal;
konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
3.
Gangguan sistem urinaria;
inkontinensia uri
4.
Perasaan tidak nyaman pada rongga
abdomen dan pelvis
5.
Menstruasi tidak teratur
6.
Lelah
7.
Keluarnya cairan abnormal pervaginam
(vaginal discharge)
8.
Nyeri saat berhubungan seksual
9.
Penurunan berat badan
10. Dll
(Hira, Annea, 2011.)
G. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan
penunjang
1. Riwayat
Kanker ovarium pada
stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan dengan
peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan
asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah
lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan
asites yang masif. (Wijaya, adi, 2010)
Dalam melakukan
anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur penderita dan faktor
risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan
adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari
hormon klien. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa
bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal
ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma.
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum
akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan
45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa
berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal. (Wijaya,
adi, 2010)
2. Pemeriksaan
Fisik Ginekologi
Dengan melakukan
pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran, lokasi,
konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk
mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium,
kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian,
mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma
payudara. (Wijaya, adi, 2010)
Hasil yang sering
didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada
petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa
adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung
kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor
ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering
bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul
pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan. (Wijaya, adi, 2010)
3. Pemeriksaan
Penunjang
Ultrasonografi
merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor
adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance
imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan
spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. (Wijaya, adi, 2010)
Serum CA 125 saat ini
merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker
ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah
pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein
(AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG). (Wijaya, adi, 2010)
Tabel 2. Petanda tumor ganas sel germinal
ovarium
Histologi
|
AFP
|
hCG
|
Disgerminoma
|
-
|
±
|
Yolk sac tumor
|
+
|
-
|
Teratoma imatur
|
±
|
-
|
Mixed germ cell tumors
|
±
|
±
|
Korokarsinoma
|
-
|
+
|
Karsinoma embrional
|
±
|
+
|
Poliembrioma
|
±
|
+
|
Dikutif
dari Hurteau
Pengambilan cairan
asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang
disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat
bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak
akibat desakan pada diafragma. (Wijaya, adi, 2010)
H.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker ovarium
terdiri atas:
1. Operasi
2. Radioterapi
3.
Kemoterapi
Kanker Ovarium Epitelial :
1. Stadium I
Pilihan
terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi
salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium)
atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian
jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%. (Hidayat,
2009)
Pada stadium
I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic pilihan terapi berupa:
a. Radioterapi
b. Kemoterapi
sistemik
c. Histerektomi
total abdominal dan radioterapi
(Hidayat,
2009)
2.
Stadium II
Pilihan
terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan
memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
(Hidayat, 2009)
3.
Stadium III dan IV
Sedapat mungkin
massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa
pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus,
jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi
ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi. (Hidayat, 2009)
Kanker Ovarium Germinal
1. Disgerminoma
Pengangkatan
ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau
kemoterapi. (Hidayat, 2009)
2. Tumor sel
germinal lainnya
Pengangkatan
ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi. (Hidayat,
2009)
Kanker Ovarium Stromal
Operasi yang
dilanjutkan dengan kemoterapi. (Hidayat, 2009)
Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP
(paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC
(cyclophosphamide + carboplatin). (Hidayat, 2009)
I.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
WBC
|
:
|
White Blood Cell untuk
menghitung jumlah total sel darah putih / leukosit dalam darah. (N :
4,00-10,00 (10 ˆ 3/uL))
|
RBC
|
:
|
Red Blood Cell untuk menghitung jumlah sel
darah merah dalam darah. (N : 4,00-6,00 (10 ˆ 3/uL))
|
HGB
|
:
|
Hemoglobin, jumlah
protein dalam sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. (N : ♀12-14 ♂14-16 (g/dL))
|
HCT
|
:
|
Hematokrit, mengukur
presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. (N : 37,0-48,0 (%))
|
MCV
|
:
|
Mean Corpuscular Volume, untuk
mengukur besar rata-rata sel darah merah. (N : 80,0- 97,0 (fL))
|
MCH
|
:
|
Mean Corpuscular Hemoglobin (N
: 26,5- 35,0 (pg))
|
MCHC
|
:
|
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration /
konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Masing-masing mengukur jumlah dan
kepekaan hemoglobin. (N : 31,5- 35,0 (10 ˆ 3/uL))
|
PLT
|
:
|
Platelet atau trombosit berfungsi
untuk membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan
keropeng, jika trombosit kurang maka mudah terjadi perdarahan. (N : 150- 400 (fL))
|
J.
MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen
kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan ang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (varney 1997)
Manajemen
kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang neberurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkahnya adalah:
1. Identifikasi
data dasar : mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan
2. Menginterpretasikan
data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual
3. Mengidentifikasi
diagnosa/ masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
4. Menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta sistem rujukan berdasarkan kondisi pasien
5. Menusun
rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya (intervensi)
6. Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman (implementasi)
7. Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan.
7 langkah diatas merupakan langkah
sistematis yang merupakan pola pikir. (Varney, 1997)
LANGKAH I.
IDENTIFIKASI DATA DASAR
Dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Anamnesa
: biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas, biopsikosial, spiritual, pengeatahuan klien.
2. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan TTV.
3. Pemeriksaan
khusus : inspeksi, palpasi
4. Peeriksaan
penunjang : laboratorium, USG, sinar X, dan sebagainya.
(Varney,
1997)
Tahap ini merupakan langkah awal
yang akan mennetukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar,
sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif melalui data subjectif, objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
sebenarnya dan valid. (Varney, 1997)
LANGKAH II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL
Dilakukan ientifikasi terhadap
diagnosa/ masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
diumpulkan. Data yang dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. (Varney, 1997)
LANGKAH III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Bidan mengidentifikasi diagnosa/
masalah potensial berdasarkan diagnosa/ masalah yang didentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa/ masalah potensial
ini menjadi benar-benar terjadi. (Varney, 1997)
LANGKAH IV.
TINDAKAN EMERGENCY/ KOLABORASI/ KONSULTASI/ RUJUKAN
Bidan atau dokter mengidentifikasi
perlunya tindakan segera dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data
mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu/ anak. Situasi lainnya bisa saja
tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tenaga kesehatan lain. (Varney, 1997)
LANGKAH V.
INTERVENSI/ RENCANA TINDAKAN
Merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah/ diagnosa yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari ondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang telah diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk bila ada masalah psikologis. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan secara efektif. Semua keputusan
yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date. (Varney, 1997)
LANGKAH VI.
IMPLEMANTASI
Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi leh klien atau anggota kesehatan
lainnya. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. (Varney, 1997)
LANGKAH VII.
EVALUASI
Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apaah
benar-benar sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut efektif dan sebagian belum efektif. Oleh karena itu perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses
manajemen tidak efektif. (Varney, 1997).
BAB
III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI
PADA Nn “M” DENGAN CA.OVARIUM
STADIUM 1.a POST OP HARI KE-IV
DI RSUP dr. WAHIDIN
SUDIROHUSUDO
TANGGAL 01-11-2011
No. Register : 48-34-79
Tanggal MRS : 20-10-2011 Jam : 14.05 wita
Tanggal
Pengkajian : 21-10-2011 Jam : 12.30 wita
Nama Pengkaji :
LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
A.
Identitas
klien
Nama : Nn “M”
Umur : 12 Tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Dusun Salulemo, Luwu Utara
B.
Data
Biologis/ Fisiologis
1. Keluhan
utama
|
:
|
Klien mengeluh mual disertai dengan perutnya terasa membesar.
|
2. Riwayat
Keluhan
|
:
|
-
Klien mengalami
pembesaran perut yang dialami sejak setahun yang lalu
-
Nyeri
dirasakan kira-kira setahun yang lalu
-
Sifat keluhan :
hilang timbul
|
C.
Riwayat
Reproduksi
-
Menstruasi : Belum
menarche
D.
Riwayat
Kesehatan Lalu
1) Klien
tidak ada riwayat penyakit jantung, DM, dan hipertensi
2) Klien
tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan
3) Klien
pernah dirawat di RS Malaysia, namun diberi tindakan khusus
4) Klien
pernah dirawat di RS Palopo lalu dirujuk.
E.
Riwayat
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
Selama
di rumah sakit
|
:
|
Makan
3x sehari dengan porsi yang diberikan
Klien
minum sedikit
|
2) Eliminasi
Selama
di rumah sakit
|
:
|
BAK 2 x sehari
BAB 1x sehari
|
3) Istirahat
Selama
di rumah sakit
|
:
|
Istirahat
terganggu karena adanya rasa nyeri, tidur malam 4-5 jam, tidur siang 30-60
menit.
|
4) Personal Hygiene
Selama
di rumah sakit
|
:
|
Klien
belum pernah mandi hanya dilap basah saja
|
F.
Riwayat
Psikologis/ Sosial Ekonomi
1. Klien
merasa cemas dengan kondisinya
2. Klien
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar
3. Klien
menyerahkan segalanya kepada ALLAH SWT.
4. Klien
merupakan anak tunggal
5. Klien
tinggal dengan kedua orang tuanya
6. Biaya
rumah sakit ditanggung oleh ayah
G.
Pemeriksaan
Fisik
1. KU
klien baik
2. Kesadaran
komposmestis
3. BB
: 37 kg TB :
145 cm
4. T
T V
TD:
90/60 mmHg N : 78
x/menit
P : 18 x/menit S : 36,6 0C
5.
Kepala
Inspeksi
|
:
|
Agak kotor, rambut mudah rontok
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada oedema dan nyeri tekan
|
6.
Wajah
Inspeksi
|
:
|
Ekspresi wajah klien tampak cemas dan meringis
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada oedema dan nyeri tekan
|
7.
Mata
Inspeksi
|
:
|
Conjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
|
8.
Mulut
Inspeksi
|
:
|
Bersih, ada 2 gigi yang caries, tidak ada gigi
yang tanggal
|
9.
Leher
Inspeksi
|
:
|
Tidak ada pembengkakan
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada pembesaran kelenjar tyrorid, kelenjal
limfe, dan vena jugularis
|
10.
Payudara
Inspeksi
|
:
|
Simestris kiri dan kanan
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada oedema dan nyeri tekan
|
11.
Abdomen
Inspeksi
|
:
|
Tampak pembesaran, serta tegang pada perut
|
Palpasi
|
:
|
Nyeri pada saat ditekan
|
12.
Ekstremitas
Inspeksi
|
:
|
Simestris kiri dan kanan
|
Palpasi
|
:
|
Tidak ada oedema dan nyeri tekan
|
13.
Pemeriksaan Penunjang
USG,
tanggal 20-10-2011
Tampak ada massa dengan
ukuran ± 18 cm x 10 cm dengan permukaan rata dan licin. Kesan kanker ovarium.
Laboratorium, tanggal
30-10-2011 jam : 10.00 Wita
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
|
12,83
3,27
12,0
26,9
82,3
25,4
30,9
681
|
(10 ˆ 3/uL)
(10 ˆ 3/uL)
(g/dL)
(%)
(fL)
(pg)
(10 ˆ 3/uL)
(fL)
|
N : 4,00-10,00
N : 4,00-6,00
N : ♀12-14 ♂14-16
N : 37,0-48,0
N : 80,0- 97,0
N : 26,5- 35,0
N : 31,5- 35,0
N : 150- 400
|
LANGKAH II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL
Diagnosa
|
:
|
Ca. Ovarium Stadium 1a
|
DS
|
:
|
-
Klien mengalami
pembesaran perut yang dialami sejak setahun yang lalu
-
Usia klien 12 tahun dan
belum menarche
|
DO
|
:
|
-
USG : tampak ada
massa dengan ukuran ± 18 cm x 10 cm dengan permukaan rata dan licin. Kesan
kanker ovarium.
|
Analisa
dan Interpretasi Data
|
||
-
Gambaran makroskopis
berupa tumor yang besar unilateral dengan diameter 18 cm, permukaan rata dan
licin. Pada pembelahan tumor berwarna abu-abu agak kemerahan dengan bagian
perdarahan dan nekrosis.
-
Tumor ganas sel
germinal ovarium biasa ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa
pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk, kebanyakan
penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri. Freksuensi 25% dari
tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19
tahun.
|
Masalah Aktual :
1) Nyeri perut
DS
|
:
|
-
Klien mengeluh nyeri
pada perutnya
-
Klien mengalami
pembesaran perut yang dialami sejak setahun yang lalu dan pada tanggal
28-10-2011 dilakukan tindakan operasi salpingo-ooforektomi lateral
-
Nyeri dirasakan kira-kira setahun yang lalu
-
Sifat keluhan :
hilang timbul
|
DO
|
:
|
-
Ekspresi wajah klien tampak
meringis
|
Analisa
dan interpretasi data
|
||
-
Akibat tindakan
pembedahan menyebabkan terputusnya jaringan sehingga me
|
2) Kecemasan
DS
|
:
|
-
Klien cemas dengan
keadaannya
|
DO
|
:
|
-
Ekspresi wajah klien
tampak cemas
|
Analisa
dan Interpretasi Data
|
||
-
Kurangnya pengetahuan
klien tentang keadaan yang dialaminya menyebabkan rasa cemas. (Sinopsis Obstetri hal 116)
-
Perasaan takut
kemudian merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon adrenalin sehingga
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang akan menimbulkan kecemasan. (Sinopsis Obstetri hal 116)
|
LANGKAH III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Masalah
Potensial : Antisipasi terjadinya
infeksi luka bekas operasi
DS
|
:
|
-
Klien mengatakan
nyeri pada luka bekas operasi
|
DO
|
:
|
-
Luka bekas operasi
tertutup gass steril
-
Ekspresi wajah ibu
tampak meringis
|
Analisa
dan Interpretasi Data
|
||
-
Adanya luka bekas
operasi merupakan tempat yang baik untuk berkembang biaknya kuman-kuman patogen yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi.
|
LANGKAH IV. TINDAKAN
EMERGENCY/ KOLABORASI/ KONSULTASI/ RUJUKAN
-
Tidak ada data
penunjang
LANGKAH V. INTERVENSI/ RENCANA
TINDAKAN
Diagnosa
|
:
|
Ca. Ovarium Stadium 1a. Post op
hari ke-IV
|
Masalah Aktual
|
:
|
-
Nyeri luka bekas
operasi
-
Kecemasan
|
Masalah Potensial
|
:
|
-
Antisipasi terjadinya
infeksi luka bekas operasi
|
Tujuan
|
:
|
-
Nyeri teratasi
-
Kecemasan teratasi
-
Tidak terjadi infeksi
luka bekas operasi
|
Kriteria
|
:
|
-
TTV dalam batas
normal
TD : 90/70
mmHg – 120/100 mmHg
S : 36,5 - 37,2 oC
P : 18-24 x/menit
N : 60-80 x/menit
-
Klien tidak cemas
lagi
|
Intervensi,
tanggal 01-11-2011
1. Observasi
TTV
Rasional
|
:
|
TTV
merupakan indikator untuk mengetahui keadaan umum klien
|
2. Kaji
tingkat nyeri
Rasional
|
:
|
Dengan
mengkaji tingkat nyeri dapat dikertahui tingkat yang dirasakan oleh klien
sehingga memudahkan intervensi selanjutnya
|
3. Lakukan
perawatan luka bekas operasi secara septik dan aseptik
Rasional
|
:
|
Mencegah
erjadinya infeksi pada luka bekas operasi
|
4. Anjurkan
klien untuk makan makanan yang bergizi
Rasional
|
:
|
Dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dapat memperlancar metabolisme tubuh
|
5. Beri
dukungan moral/ support pada klien
Rasional
|
:
|
Agar
klien tidak cemas lagi keadaannya.
|
6. Beri
obat atibiotik dan analgetik
Rasional
|
:
|
Antibiotik
: mencegah terjadinya infeksi
Analgetik
: mengurangi rasa nyeri
|
LANGKAH VI.
IMPLEMENTASI
Tanggal
01-11-2011 Jam : 12.40 wita
1. Mengobservasi
TTV
Hasil
|
:
|
TD: 90/60 mmHg N : 78 x/menit
P : 18 x/menit S :
36,6 0C
|
2. Mengkaji
tingkat nyeri
Hasil
|
:
|
Tingkat nyeri ringan
|
3. Merawat
luka bekas operasi secara septik dan aseptik
Hasil
|
:
|
Luka bekas operasi telah dirawat
|
4. Menganjurkan
klien untuk makan makanan yang bergizi
Hasil
|
:
|
Klien
bersedia
|
5. Beri
dukungan moral/ support pada klien
Hasil
|
:
|
Klien merasa lebih baik, dan
tidak cemas lagi
|
6. Penatalaksanaan
pemberian obat
Hasil
|
:
|
-
Cefodroxil /12 jam/
iv
-
Ranitidin /8 jam / iv
-
Ketorolac /8 jam/ iv
-
Asam traneksamat /8
jam/ iv
-
Drips metronidasol /8
jam
|
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal
01-11-2011 Jam : 14.00 wita
1. Nyeri
berkurang
2. Kecemasan
teratasi
3. Tidak
terjadi infeksi luka bekas operasi
PENDOKUMENTASIAN HASIL
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA Nn “M” DENGAN Ca.OVARIUM
STADIUM 1.a POST OP HARI KE-IV
DI RSUP dr. WAHIDIN
SUDIROHUSUDO
TANGGAL 01-11-2011
No. Register : 48-34-79
Tanggal MRS : 20-10-2011 Jam : 14.05 wita
Tanggal
Pengkajian : 01-11-201 Jam : 12.30 wita
Nama Pengkaji :
Identitas Klien
Nama : Nn “M”
Umur : 12 Tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Dusun Salulemo, Luwu Utara
Data Subjektif (S)
- Klien
mengalami pembesaran perut yang dialami seak setahun yang lalu dan pada tanggal
28-10-2011 dilakukan tindakan operasi salpingo-ooforektomi lateral
- Usia
klien 12 tahun dan belum menarche
- Nyeri
dirasakan sejak hari pertama post op
- Sifat
keluhan : hilang timbul
Data objektif (O)
- USG
tampak massa dengan ukuran 18x 10 cm, permukaan rata dan licin, kesan kanker
ovarium
- Eksprei
wajah klien tampak meringis
- Luka
bekas operasi tertutup gass steril
Assesment (A)
Diagnosa
|
:
|
Ca.Ovarium Stadium 1a post op
hari ke-IV
|
Masalah Aktual
|
:
|
-
Nyeri luka bekas
operasi
-
Kecemasan
|
Masalah Potensial
|
:
|
-
Antisipasi terjadinya
infeksi luka bekas operasi
|
Planning (P)
Tanggal
01-11-2011 Jam : 12.40 wita
1) Mengobservasi
TTV
Hasil
|
:
|
TD: 90/60 mmHg N : 78 x/menit
P : 18 x/menit S :
36,6 0C
|
2) Mengkaji
tingkat nyeri
Hasil
|
:
|
Tingkat nyeri ringan
|
3) Merawat
luka bekas operasi secara septik dan aseptik
Hasil
|
:
|
Luka bekas operasi telah dirawat
|
4) Menganjurkan
klien untuk makan makanan yang bergizi
Hasil
|
:
|
Klien
bersedia
|
5) Beri
dukungan moral/ support pada klien
Hasil
|
:
|
Klien merasa lebih baik, dan
tidak cemas lagi
|
6) Penatalaksanaan
pemberian obat
Hasil
|
:
|
-
Cefodroxil /12 jam/
iv
-
Ranitidin /8 jam / iv
-
Ketorolac /8 jam/ iv
-
Asam traneksamat /8
jam/ iv
-
Drips metronidasol /8
jam
|
POST OP HARI KE-V
(TANGGAL 02-11-2011)
Data Subjektif (S)
- Klien
mengeluh masih merasa nyeri namun sudah berkurang
- Sifat
keluhan : hilang timbul
Data objektif (O)
- Eksprei
wajah klien tampak meringis
- Luka
bekas operasi tertutup gass steril
Assesment (A)
Diagnosa
|
:
|
Ca.Ovarium Stadium 1a post op
hari ke-V
|
Masalah Aktual
|
:
|
-
Nyeri luka bekas
operasi
|
Masalah Potensial
|
:
|
-
Antisipasi terjadinya
infeksi luka bekas operasi
|
Planning (P)
Tanggal
02-11-2011 Jam : 09.30 wita
1) Mengobservasi
TTV
Hasil
|
:
|
TD: 100/80 mmHg N : 68 x/menit
P : 20 x/menit S :
36,8 0C
|
2) Mengkaji
tingkat nyeri
Hasil
|
:
|
Tingkat nyeri ringan
|
3) Merawat
luka bekas operasi secara septik dan aseptik
Hasil
|
:
|
Luka bekas operasi telah dirawat
|
4) Menganjurkan
klien untuk makan makanan yang bergizi
Hasil
|
:
|
Klien
bersedia
|
5) Penatalaksanaan
pemberian obat
Hasil
|
:
|
-
Cefodroxil /12 jam/
iv
-
Ranitidin /8 jam / iv
-
Ketorolac /8 jam/ iv
-
Asam traneksamat /8
jam/ iv
-
Drips metronidasol /8
jam
|
POST OP HARI KE-VI
(TANGGAL 03-11-2011)
Data Subjektif (S)
- Klien
mengatakan nyeri masih ada tetapi timbul sekali-kali.
Data objektif (O)
- Ekspresi
wajah klien meringis saat nyeri timbul
- Luka
bekas operasi mulai tampak kering.
Assesment (A)
Diagnosa
|
:
|
Ca.Ovarium Stadium 1a post op
hari ke-VI
|
Masalah Aktual
|
:
|
-
Nyeri luka bekas
operasi
|
Masalah Potensial
|
:
|
-
Antisipasi terjadinya
infeksi luka bekas operasi
|
Planning (P)
Tanggal
03-11-2011 Jam : 10.10 wita
1) Mengobservasi
TTV
Hasil
|
:
|
TD: 100/70 mmHg N : 68 x/menit
P : 18 x/menit S :
36,8 0C
|
2) Merawat
luka bekas operasi secara septik dan aseptik
Hasil
|
:
|
Luka bekas operasi telah dirawat
|
3) Menganjurkan
klien untuk makan makanan yang bergizi
Hasil
|
:
|
Klien
bersedia
|
4) Penatalaksanaan
pemberian obat
Hasil
|
:
|
-
Cefodroxil /12 jam/
iv
-
Ranitidin /8 jam / iv
-
Ketorolac /8 jam/ iv
-
Asam traneksamat /8
jam/ iv
-
Drips metronidasol /8
jam
|
5) Pasien
sudah dianjurkan untuk oleh dokter besok (04-11-2011). Dan wajib konsultasi
poliklinik pada 3 hari kemudian, atau jika ada keluhan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Klien dengan nama Nn
“M” umur 12 tahun, belum menarche, mengalami pembesaran perut sejak setahun
yang lalu, yang awalnya hanya sebesar kepalan tangan pada sebelah kanan perut
bawah. Klien pernah dirawat di RS Malaysia tapi tidak diberi penangan khusus.
Kemudian dirawat di RS Palopo tapi rujuk ke RSUP wahidin Sudirohusodo. Klien tidak ada riwayat penyakit jantung, DM, dan hipertensi. Klien
tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Pada tanggal 28-10-2011 dilakukan tindakan
operasi salpingo-ooforektomi lateral. Klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi yang dirasakan sejak hari pertama post
op, sifatnya hilang timbul.
Pemeriksaan fisik. wajah: klien tampak meringis dan cemas. Perut:
tampak luka bekas operasi tertutup gass steril dan ada nyeri tekan saat
dipalpasi.
USG tampak massa
dengan ukuran 18x 10 cm, permukaan rata dan licin, kesan kanker ovarium
Pemeriksaan laboratorium tanggal 30-10-2011,
diperoleh sebagai berikut:
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
|
12,83
3,27
12,0
26,9
82,3
25,4
30,9
681
|
(10 ˆ 3/uL)
(10 ˆ 3/uL)
(g/dL)
(%)
(fL)
(pg)
(10 ˆ 3/uL)
(fL)
|
N : 4,00-10,00
N : 4,00-6,00
N : ♀12-14 ♂14-16
N : 37,0-48,0
N : 80,0- 97,0
N : 26,5- 35,0
N : 31,5- 35,0
N : 150- 400
|
B.
PEMBAHASAN
Dari hasil diatas
diperoleh bahwa klien dengan nama Nn “M” yang berusia 12 tahun dan belum
menarche, menderita kanker ovarium stadium 1a, dengan jenis tumor germinal
(teratoma immatur). Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi
pada remaja dan wanita usia muda.
Menurut Sarwono, 2007,
teratoma diduga terjadi karena tumor berkembang dari jaringan embrional yang
pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional.
Artinya sel-sel kanker memang sudah ada sejak dalam kandungan. Ini biasa
disebabkan karena adanya faktor genetik. Teratoma ganas biasanya ditemukan pada
anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan
mempunyai prognosis yang buruk.
Klien telah dioperasi
salingo-ooforektomi lateral pada tanggal 28-10-2011, dan pada saat pengkajian
klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi. Hal ini disebabkan karena adanya tindakan pembedahan yang menyebabkan terputusnya jaringan
sehingga menyebabkan aliran darah pada jaringan tersebut terhambat sehingga
merangsang hipotalamus dan persepsikan ke saraf perifer yang menimbulkan rasa
nyeri. Sehingga harus dilakukan
perawatan luka operasi secara septik dan aseptik.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun
ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam
ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker
payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
Menurut Sarwono, 2007,
teratoma diduga terjadi karena tumor berkembang dari jaringan embrional yang
pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional.
Artinya sel-sel kanker memang sudah ada sejak dalam kandungan. Ini biasa
disebabkan karena adanya faktor genetik. Teratoma ganas biasanya ditemukan pada
anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan
mempunyai prognosis yang buruk.
Klien telah dioperasi
salingo-ooforektomi lateral pada tanggal 28-10-2011, dan pada saat pengkajian
klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi. Hal ini disebabkan karena adanya tindakan pembedahan yang menyebabkan terputusnya jaringan
sehingga menyebabkan aliran darah pada jaringan tersebut terhambat sehingga
merangsang hipotalamus dan persepsikan ke saraf perifer yang menimbulkan rasa
nyeri. Sehingga harus dilakukan perawatan
luka operasi secara aseptik dan aseptik.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat di jadikan sumber
pembelajaran bagi mahasiswa dan memehami isi makalah ini, serta dapat
mengaplikasikannya, dan kami menyarankan kepada petugas kesehatan agar lebih
meningkatkan ilmu tentang kanker ovarium.
DAFTAR
PUSTAKA
Andesa,
Hesa, 2010. Askeb Ca.Ovarium, http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/12/askep-ca-ovarium.html
Ferdian, Ardy, 2009, Teratoma Sacrococcygeus, http://ilmubedah.info/teratoma-sacrococcygeus-20110211.html
Ginekologi, Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD, Elstar
offset, Bandung
Hira,
Annea, 2011. Pengertian kanker ovarium, http://www.anneahira.com/pengertian-kanker-ovarium.htm
Medicalctore,
2010, Kanker indung Telur. http://medicastore.com/penyakit/1048/Kanker_Indung_Telur.html
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta
Wulandari, 2009, Kanker Ovarium, http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123618-S09106fk-Gambaran%20faktor-Literatur.pdf
terimakasih banyak sob, sangat membantu..
BalasHapushttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-kanker-ovarium/
Baccarat - The Ultimate Guide To Playing - Worrione
BalasHapusHere 메리트 카지노 쿠폰 you will find a 카지노 list of best ways to play with the free baccarat cards and 바카라 To win the money you should play your card at least two days after the game